Sunday 28 March 2010

Tafsir Ayat Tentang Syafa'at

SYAFA’AT

A. PENGERTIAN
Di dalam Al-Qamus Al-Muhith, syafa’at berasal dari kata Asy-Syaf’u yang mengandung arti “Genap” atau “kebalikan dari ganjil”. Sedangkan menurut istilah, di dalam Al-Qur’an dan Terjemahnya Departemen Agama, syafa’at didefinisikan dengan : Usaha perantaraan dalam memberikan sesuatu manfaat bagi orang lain atau mengelakan sesuatu mudharat bagi orang lain.
Syafa’at itu hanya milik Allah, bukan milik makhluk. Namun, tetap saja ada manusia yang mengambil pemberi syafa’at selain Allah. Sebagaimana yang tertera dalam QS.Az-Zumar : 43-44 berikut ini,

43. Bahkan mereka mengambil pemberi syafa'at selain Allah. Katakanlah: "Dan apakah (kamu mengambilnya juga) meskipun mereka tidak memiliki sesuatupun dan tidak berakal?"
44. Katakanlah: "Hanya kepunyaan Allah syafaat itu semuanya. Kepunyaan-Nya kerajaan langit dan bumi. Kemudian kepada- Nyalah kamu dikembalikan"

Dengan demikian, pada hakikatnya syafa’at itu hanya milik Allah. Tidak ada seseorang pun yang memiliki syafa’at. Akan tetapi, seseorang berhak memberikan syafa’at setelah diizinkan oleh Allah. Sebagaimana yang tertera dalam
QS.Al-Baqoroh : 255
tiada yang dapat memberi syafa'at di sisi Allah tanpa izin-Nya?

B. TAFSIR AYAT-AYAT MENGENAI SYAFA’AT
1. QS. Maryam : 85-87

85. (Ingatlah) hari (ketika) kami mengumpulkan orang-orang yang takwa kepada Tuhan yang Maha Pemurah sebagai perutusan yang terhormat,
86. Dan kami akan menghalau orang-orang yang durhaka ke neraka Jahannam dalam keadaan dahaga.
87. Mereka tidak berhak mendapat syafa'at kecuali orang yang Telah mengadakan perjanjian di sisi Tuhan yang Maha Pemurah

Di dalam Tafsir Al-Azhar, susunan ketiga ayat ini menjelaskan tentang hamba Allah yang bertaqwa yang akan datang menghadap Allah laksana kedatangan utusan raja-raja layaknya, dengan serba kebesaran, berkendaraan angkatan. Sedangkan orang yang hidupnya dalam durhaka dan durjana akan dihalau ke neraka jahanam dengan serba kehinaan. Tidak ada yang akan menolong, tidak akan ada yang memberikan syafa’at, kecuali kalau di kala hidupnya telah dibuatnya janji dengan Allah.ayat ini memberikan ketegasan jalan yang lapang bagi tiap orang yang akan bertaubat dari ketegasan.
Prof. Dr. Hamka memberikan beberapa nasehat kepada pembacanya, yaitu diantaranya berikanlah didikan kepada anak sejak dia masih kecil, agar dia ingat akan janjinya dengan Allah.umur tujuh tahun ajarilah dan didiklah dia solat. Ajar menaji, lancarkan lidahnya membaca ayat-ayat Al-Qur’an.
Kata ‘Ahdan pada ayat 87 di atas mengandung arti “La ilaha illallah” atau tiada tuhan selain Allah. Ini didasarkan pada perkataan Ibnu Abbas yaitu “janji itu adalah La ilaha illallah”. Dan menurut riwayat dari pada Muqotil dan Ibnu Abbas pula : “tidaklah akan diberi syafa’at kecuali orang yang menucapkan Asyhadu alla ilaha illallah. Dan berlepas diri dari dari segala daya, upaya, dan kekuatan, kecuali dengan Allah. Dan tidak mengharap dari siapa-siapa kecuali darl Allah”.
Sedangkan dalam Tafsir Al-Qasimy Mahasin At-Ta’wil, disebutkan bahwa kata “janji” pada ayat 87 diatas adalah Izin atau urusan. Dengan kata lain, maksud ayat tersebut adalah orang yang berhak mendapatkan syafa’at itu adalah orang yang telah mendapatkan izin atau urusan dari Allah.
Di dalam Tafsir Al-Maragy disebutkan bahwa orang yang menjaga solat lima waktunya dengan tidak menguranginya sedikit pun, di dalam segala hal yang mencakup solat tersebut, maka ia akan mendapatkan janji di sisi Allah supaya tidak mendapatkan siksa. Sedangkan oang yang tidak menjaga solatnya, yaitu dengan mengurangi sesuatu yang mencakup solat tersebut, maka ia tidak ada baginya janji di sisi Allah. Jika Allah berkehendak, maka Dia akan merahmatinya. Dan jika Allah berkehendak, maka Dia akan menyiksanya. Hal ini didasarkan pada hadits yang dikeluarkan oleh At-Tabrany dalam kitab Al-Ausath dari Abu Hurairah.

2. QS. Saba : 22-23
22. Katakanlah: " Serulah mereka yang kamu anggap (sebagai Tuhan) selain Allah, mereka tidak memiliki (kekuasaan) seberat zarrahpun di langit dan di bumi, dan mereka tidak mempunyai suatu sahampun dalam (penciptaan) langit dan bumi dan sekali-kali tidak ada di antara mereka yang menjadi pembantu bagi-Nya.
23. Dan tiadalah berguna syafa'at di sisi Allah melainkan bagi orang yang Telah diizinkan-Nya memperoleh syafa'at itu, sehingga apabila Telah dihilangkan ketakutan dari hati mereka, mereka Berkata "Apakah yang Telah difirmankan oleh Tuhan-mu?" mereka menjawab: (Perkataan) yang benar", dan Dia-lah yang Maha Tinggi lagi Maha Besar.

Ayat Ini menerangkan bahwa pemberian syafa'at Hanya dapat berlaku dengan izin Allah. orang-orang yang akan diberi izin memberi syafa'at dan orang-orang yang akan mendapat syafa'at merasa takut dan harap-harap cemas atas izin Allah. tatkala takut
dihilangkan dari hati mereka, orang-orang yang akan mendapat syafa'at bertanya kepada orang-orang yang diberi syafa'at: apa yang dikatakan oleh Tuhanmu?. mereka menjawab: Perkataan yang benar, yaitu Tuhan mengizinkan memberi syafa'at kepada orang-orang yang disukai-Nya yaitu orang-orang mukmin.
Sama halnya dengan penjelasan dalam Tafsir Ibnu Katsir, yaitu Allah berfirman menerangkan bahwa Dialah Tuhan yang maha Esa tiada bersekutu dan tiada berkawan.tiada beranak dan tiada diperanakan. Dan tuhan-tuhan yang disembah orang selain Allah adalah tuhan-tuhan yang tidak memiliki kekuasaan seberat dzarrah pun di langit maupun di bumi, juga tidak mempunyai saham sebagai pembantu dalam penciptaan langit dan bumi itu. Dan sekali-kali tidak ada diantara yang dianggap tuhan itu menjadi pembantu kawan bagi Allah yang maha Esa. Selanjutnya Allah berfirman bahwa pemberian syafa’at di hari kiamat itu hanya dapat berlaku dengan izin Allah. Orang-orang yang akan diizinkan memberi syafa’at, merasa takut dan harap-harap cemas tentang pemberian izin Allah. Maka tatkala rasa takut dihilangkan dari mereka, orang-orang yang mengharapkan memperoleh syafa’at bertnya-tanya kepada orang-orang yang diizinkan memberi syafa’at : “apa yang dikatakan oleh Tuhanmu?”, mereka menjawab : ”perkataan yang benar”, yakni Allah mengizinkan memberi syafa’at kepada orang-orang yang diridhoi-Nya, yaitu orang-orang mu’min dan takut kepada-Nya.
Orang-orang yang diizinkan memberi syafa’at diantaranya adalah Nabi Muhamad SAW. Sebagaimana yang tertera dalam hadits berikut ini,
Dari Abu Hurairah r.a, berkata : Rasulullah SAW bersabda : “setiap nabi mempunyai permohonan yang pasti dikabulkan, maka setiap permohonan nabi itu akan disegerakan. Sedangkan aku menyimpan permohonanku itu sebagai syafa’at bagi umatku pada hari kiamat. Maka syafa’at itu akan diraih jika Allah menghendakinya oleh orang yang mati dengan tidak menyekutukan Allah sedikit pun”.(HR. Muslim)
Selain itu, disebutka pula dalam hadits dengan matan yang panjang, yang diriwayatkan oleh Imam Bukhory dari dari Anas r.a, yang menyatakan bahwa di hari kiamat orang-orang mu’min meminta syafa’at kepada Nabi Adam, Nabi Nuh, dan Nabi Ibrahim, akan tetapi mereka tidak bersedia untuk memberikan syafa’at kepada orang-orang mu’min. Lalu orang-orang mu’min itu disuruh untuk meminta syafa’at kepada Nabi Muhammad SAW. Dan beliau pun diberikan keistimewaan untuk memberikan syafa’at kepada seluruh umat manusia yang disebut dengan Asy-Syafa’atu Al-Udhma.

C. ORANG-ORANG YANG PASTI AKAN MENDAPATKAN SYAFA’AT

Telah dikemukakan di atas, bahwa orang-orang musyrik tidak akan mendapatkan syafa’at. Sedangkan orang-orang yang pasti akan mendapatkan syafa’at adalah orang-orang yang mengucapkan “La ilah illallah” atau tiada tuhan selain Allah dengan tulus dari hatinya. Sebagaimana yang tertera dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori berikut ini,
Dari Abu Hurairah r.a, berkata : wahai Rasulullah, siapakah manusia yang paling beruntung dengan syafa’atmu pada hari kiamat?, Rasulullah SAW bersabda : sungguh aku telah mengira wahai Abu Hurairah bahwa tidak akan ada yang bertanya kepadaku tentang hadits ini seorang pun yang paling pertama selain kamu, karena aku melihat kesungguhanmu terhadap hadits. Orang yang paling beruntung dengan syafa’at ku pada hari kiamat adalah orang yang mengatakan “La ilaha illallah” , (ucapan itu keluar) dengan bersih (tulus) dari hatinya atau dirinya. (HR. Bukhari)
Di dalam kitab Fathu Al-Majid halaman 209 juga disebutkan,
“Maka syafa’at itu untuk orang-orang yang ikhlas dengan izin Allah dan tidak untuk orang-orang yang musyrik kepada Allah.”
“Imam Ahmad telah meriwayatkan hadits itu, dan telah dinyatakan shahih oleh Ibnu Hibban. Dalam hadits itu dinyatakan : Syafa’atku itu bagi orang yang mengatakan “Tidak ada tuhan selain Allah”, dengan ikhlas, hatinya membenarkan lisannya dan lisannya membenarkan hatinya”.
Selain itu, disebutkan pula dalam satu Hadits bahwa orang yang berdo’a setelah adzan akan mendapatkan syafa’at Nabi Muhamad SAW, sebagaimana yag tertera dalam hadits berikut ini,
Dari Jabir r.a, sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda : barang siapa yang berdo’a setelah adzan : “Allahumma robbahadzihidda’watittamah washshalatil qaimah ati muhammadanil washilata wal fadhilah wab ats hu maqamammahmudanilladzi wa’adtah”, (ya Allah, tuhan yang memiliki seruan yang sempurna ini dan solat yang ditegakkan, berikanlah kepada Muhammad wasilah dan keutamaan, dan bangkitkanlah ia pada kedudukan yang terpuji yang telah Engkau janjikan kepadanya), niscaya ia pasti akan mendapatkan syafa’atku pada hari kiamat. (HR. Al-Jama’ah)


DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an dan Terjemahnya. Departeman Agama

Ahmad Muthafa Al-Maragy. Tafsir Al-Maragy. Beirut

Al-Fairuzabady.1407 H. Al-Qamus Al-Muhith. Beirut : Muassasah Ar-Risalah

Aceng Zakaria. Pokok-Pokok Ilmu Tauhid. Garut : Ibn Azka Press

____________________ Fathu Al-Majid hal 209

Ibnu Hajar Al-Asqalani. Bulughul Maram. Surabaya

Ibnu Katsir. Terjemahan singkat Tafsir Ibnu Katsir. Jilid VI 1990. PT. Bina Ilmu Off set diterjemahkan oleh H. Salim Bahreisy dan H. Said Bahreisy

Muhamad Jamaluddin Al-Qasimy. Tafsir Al-Qasimy, Mahasinu At-Ta’wil. Dar Al-Fikr

Prof. Dr. Hamka. 1988. Tafsir Al-Azhar. Jakarta : PT. Pustaka Panjimas

No comments:

Post a Comment

mau dapat penghasilan gratis? klik di bawah ini !

readbud - get paid to read and rate articles